Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem Terumbu Karang (Coral Reef)
|
Ekosistem terumbu karang dapat berkembang dengan baik apabila kondisi lingkungan perairan mendukung pertumbuhan karang.
SUHU Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C. SALINITAS Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas normal 3235 ‰. Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %. CAHAYA DAN KEDALAMAN Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan. Gambar 1. Kombinasi faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan karang dan perkembangan terumbu Karang KECERAHAN Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula. PAPARAN UDARA (aerial exposure) Paparan udara terbuka merupakan faktor pembatas karena dapat mematikan jaringan hidup dan alga yang bersimbiosis di dalamnya. GELOMBANG Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang. ARUS Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang. Pertumbuhan karang dan perkembangan terumbu. Berdasarkan fungsinya dalam pembentukan terumbu (hermatype-ahermatype) dan ada/tidaknya alga simbion (symbiotic-asymbiotic), maka karang terbagi menjadi empat kelompok berikut: (Gambar 2)
Gambar 2. Karang dalam sistem Filum Coelenterata; karang hermatypic pembangun terumbu berada dalam garis terputus-putus Karang hermatipik, yang umumnya didominasi oleh Ordo Scleractinia, memiliki alga simbion atau zooxanthellae yang hidup di lapisan gastrodermis.· Di lapisan ini, zooxanthellae sangat berperan membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi dan oksigen bagi hewan karang melalui proses fotosintesis (gambar 3).· Zooxanthellae merupakan istilah umum bagi alga simbion dari kelompok dinoflagellata yang hidup di dalam jaringan hewan lain, termasuk karang, anemon, moluska, dan taksa hewan yang lain.· Hubungan yang erat (simbiosis) antara hewan karang dan zooxanthellae dapat dikategorikan sebagai simbiosis mutualisme, karena hewan karang menyediakan tempat berlindung bagi zooxanthellae dan memasok secara rutin kebutuhan bahan-bahan anorganik yang diperlukan untuk fotosintesis, sedangkan hewan karang diuntungkan dengan tersedianya oksigen dan bahan-bahan organik dari zooxanthellae. Gambar 3. Peran alga simbion (zooxanthellae) dalam menyokong pertumbuhan karang. Koloni karang baru akan berkembang, jika polip karang melakukan perkembangbiakan secara aseksual, budding dan fragmentation (gambar 4). Melalui proses budding, koloni karang berkembang melalui dua cara yaitu intratentacular budding dan extratentacular budding. Intratentacular budding terjadi apabila pertambahan polip berasal dari satu polip yang terbelah menjadi dua, sedangkan extratentacular budding terjadi jika tumbuh satu mulut polip bertentakel pada ruang kosong antara polip satu dan polip lain. Selain itu, koloni baru dapat berkembang dari patahan karang yang terpisah dari koloni induk akibat gelombang atau aksi fisik lain, bila patahan tersebut melekatkan diri pada substrat keras dan tumbuh melalui mekanisme budding. Gambar 4. Mekanisme pembentukan koloni karang melalui proses budding Perkembangan terumbu karang secara umum dikendalikan oleh sejumlah faktor utama yang bekerja dalam skala ruang yang bersifat makro (global), meso (regional), dan mikro (pulau). Ketiga faktor kendali utama tersebut terdiri atas faktor-faktor lingkungan yang dijabarkan sebagai berikut:
Interaksi yang terjadi di dalam ekosistem terumbu karang Terumbu karang bukan merupakan sistem yang statis dan sederhana, melainkan suatu ekosistem yang dinamis dan kompleks. Tingginya produktivitas primer di ekosistem terumbu karang, bisa mencapai 5000 g C/m2/tahun, memicu produktivitas sekunder yang tinggi, yang berarti komunitas makhluk hidup yang ada di dalamnya sangat beraneka ragam dan tersedia dalam jumlah yang melimpah. Berbagai jenis makhluk hidup yang ada di ekosistem terumbu karang saling berinteraksi satu sama lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, membentuk suatu sistem kehidupan. Sistem kehidupan di terumbu karang dapat bertambah atau berkurang dimensinya akibat interaksi kompleks antara berbagai kekuatan biologis dan fisik. Secara umum interaksi yang terjadi di ekosistem terumbu karang terbagi atas interaksi yang sifatnya sederhana, hanya melibatkan dua jenis biota (dari spesies yang sama atau berbeda), dan interaksi yang bersifat kompleks karena melibatkan biota dari berbagai spesies dan tingkatan trofik. Berikut ini disajikan berbagai macam interaksi yang bersifat sederhana, yang dapat berupa persaingan (kompetisi), pemangsaan oleh predator, grazing, komensalisme dan mutualisme, beserta contohnya di ekosistem terumbu karang. INTERAKSISE DERHANA
PEMANGSAAN
GRAZING
KOMENSALISME
MUTUALISME
INTERAKSI KOMPLEKS
Source : http://web.ipb.ac.id |
Dikirim oleh Admin
Tanggal 2008-12-16 Jam 20:33:18 |
Baca Juga Artikel Tentang Perikanan dan Science, Lingkungan, Ekosistem, Terumbu Karang, Coral Reef, Laut, Ikan Lainnya :
- Pemberdayaan Kolong Bekas Galian Tambang Timah Sebagai Usaha Perikanan Terpadu
- Mengenal Terumbu Karang
- Peranan Laut untuk Kehidupan
- Bagaimana Laut Berasal
- Oseanografi
- Menyelami Laut
- Potensi Budidaya Ikan dari Jenis Perikanan Darat
- Jangan Hancurkan Terumbu Karang
- BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR POTENSI EKONOMI MASA DEPAN
- Ekosistem Terumbu Karang, Defenisi, Ragam dan Macam, Serta Distribusinya
- Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem Terumbu Karang (Coral Reef)
- Kehidupan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia
- Dukung Kesuksesan Pembangunan Potensi Bahari Di Kepulauan Bangka Belitung !
- Ikan Napoleon, Napoleon Wrasse (Cheilunus undulatus)
- Peluang Ekonomi Tinggi dari Otonomi Pengelolaan Sumberdaya Laut
- Macam-macam Jenis Ikan Marlin
- Budidaya Teripang Dan Prospeknya Di Masa Mendatang
- Rehabilitasi Terumbu Karang dengan Merintis Daerah Perlindungan Laut (Marine Protect Area) Berbasis Masyarakat, Solusi dari Tidak Efektifnya Terumbu Karang Buatan
- Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan, untuk Kesejahteraan Nelayan Bangka Belitung (bagian 1)
- Ekspedisi Pulau-pulau Kecil di Propinsi Kep. Bangka Bangka - Janek Expedition Team UBB, Penelitian Arah Pengembangan Pulau-pulau Kecil di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bagian 1)
- Keanekaragaman Burung di Vegetasi Padang Dusun Pejem Desa Gunung Pelawan Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka
- Anatomi Daun Sapu-Sapu di Padang Vegetasi Desa Gunung Pelawan Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka
- Pemberdayaan Pembudidaya Ikan dan Nelayan Berbasis Kampus
- MEMBANGUN ERA PERIKANAN BUDIDAYA DI BANGKA BELITUNG
- MASA DEPAN BANGKA BELITUNG BUKAN TIMAH, TAPI AIR !
- Politik dan Kebijakan Perikanan
- Tim Eksplorasi Terumbu Karang UBB Berhasil Lakukan Transplantasi Terumbu Karang
- MENGGUGAH KEPEDULIAN LINGKUNGAN
- MEMILIH KELEMBAGAAN PENGELOLAAN LAUT
- MENANGANI KONFLIK PEMANFAATAN LAUT
- Tim Eksplorasi Terumbu Karang UBB Lakukan Penanaman Rumpon Attractor Cumi Bersama Nelayan Matras Sungailiat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar